KEMISKINAN PENYEBAB TINGGINYA GIZI BURUK

SAPA – Asupan makanan bergizi yang kurang menimbulkan berbagai penyakit yang menyerang bagian dalam tubuh bayi yang juga berdampak pada masalah gizi buruk.

Gizi buruk
Kemiskinan yang dialami masyarakat atau keluarga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya gizi buruk pada bayi. Kemiskinan membuat orang tua tidak sanggup memberikan asupan gizi yang cukup terhadap bayi sehingga bayi mengalami kekurangan gizi. Kepala bidang kesehatan keluarga dinas kesehatan Kota Ngurah Suarnawa bahwa menurutnya, rendahnya pendapatan masyarakat akibatnya kemiskinan membuat orang tidak sanggup memenuhi asupan makanan bergizi untuk bayi. Hal inilah yang menyebabkan balita atau bayi mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek yang berdampak pada penurunan nafsu makan bayi sehingga berat badan bayi menurun dan berujung pada masalah gizi buruk.

Selain asupan gizi masalah sumber daya manusia (SDM) orangtua merupakan faktor lain penyebab kasus gizi buruk. Orangtua dengan sumber daya manusia yang rendah cenderung memberikan makanan pendamping saat usia bayi seharusnya hanya diperbolehkan untuk mengkonsumsi air susu ibu (ASI) eksklusif yaitu pada usia 1-6 bulan. Pemberian makanan pendamping yang sifatnya lebih keras terhadap bayi dalam usia tersebut menyebabkan usus bayi menjadi tidak kuat, akibatnya bayi menjadi rentan terhadap penyakit diare atau penyakit lainnya sehingga bayi mengalami gizi buruk. Menanggulangi masalah tersebut pemerintah Kota Kupang menyediakan biaya pemberian makanan tambahan (PMT) untuk bayi dan ibu hamil yang merupakan langkah jangka pendek, sumber dananya dari dana alokasi umum (DAU). Selain itu petugas akan melakukan penyuluhan tentang gizi di posyandu selama kegiatan posyandu.

Jumah kasus gizi buruk kota kupang dimana tahun 2011 total kasus gizi buruk sebanyak 136 anak, tahun 2012 berjumlah 282 kasus dan pada tahun 2013 pada bulan januari sampai maret berjumlah 134 kasus. Bayi yang menderita gizi buruk biasanya terjadi berulang-ulang pada bayi yang sama pasca pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berhenti. Menurut kepala seksi gizi mariana menjelaskan bahwa indikator pro-porsi tubuh yakni berat badan berbanding dngan tinggi badan (BB:TB) jikalau BB:TB berada dibawah minus tiga (-3) standar deviasi maka bayi dapat divonis gizi buruk, ada juga gizi buruk karena berat badan (BB) dibandingkan dengan umur tetapi ini merupakan gizi buruk dengan gejala klinis seperti jenis maramus dengan cirinya yaitu kurus tinggi kulit pembalut tulang.

Misalnya untuk bayi dengan tinggi 68 cm harus memiliki berat badan normal 7,9 Kg, jika berat badan bayi tersebut berkisar 6,1Kg kebawah maka bayi dapat dikategorikan gizi buruk. Sedangkan jika dengan tinggi badan seperti demikian bayi memiliki berat badan 10,5Kg maka bayi tersebut termasuk dalam kategori gizi lebih.

Insentif kader posyandu
Pemberian insentif bagi para kader posyandu yang bertugas di Kota Kupang hingga kini masih sangat minim. Padahal untuk mendukung program kesehatan khusunya bagi bayi dan balita adalah para kader posyandu yang mana kader yang selalu berada dilapangan untuk terus memantau perkembangan bayi dan balita. Kepala bidang kesehatan keluarga Dinas Kesehatan Kota Kupang Ngurah Suarnawa mengatakan posyandu yang ada di Kota Kupang hanya mendapatkan insentif Rp 2 juta pertahun untuk setiap posyandu. Jumlah lokasi pelaksanaan kegiatan posyandu untuk seluruh kota Kupang berjumlah 286 posyandu dengan setiap lokasi memiliki lima orang kader posyandu. Kalau 2 juta dibagikan kepada 5 orang maka setiap kader pertahun mendapatkan 400 ribu dana tersebut sangat kecil.

Untuk menunjang aktifitas kader posyandu Dinkes Kota Kupang mengusulkan kepada pemerintah kota agar menaikkan biaya pengganti transport kader sebesar 100 ribu per posyandu setiap bulan. Kader posyandu bertugas mengidentifikasi balita dan bayi sebagai peserta posyandu, sehari menjelang posyandu para kader mengingatkan sasaran posyandu untuk aktif mengikuti kegiatan posyandu agar dapat memantau perkembangan bayi dan balita supaya jangan mengalami penyakit gizi buruk tau terserang dan terjangkit penyakit lainnya akan berdampak pada kematian.

Oleh: Zevan Aome Korda SAPA Kawasan NTT ( Kota Kupang, Kab Kupang, TTS)

Terkait lainnya:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *