PUPUK ORGANIK DAUN JATI DIEKSPOR KE JEPANG

SAPA – Ternyata Daun jati kering yang jatuh dari pohonnya bisa menghasilkan rupiah bahkan diekspor ke Jepang. Hal ini yang dilakukan Arya Handaru Perdana, pemilik pabrik pengolahan daun jati di Dusun Banran VII, Desa Banaran, Kecamatan Playen.

Sedikitnya 30 orang karyawan telah bekerja di Pupuk tersebut, baik mengepak, mengolah dengan mesin, ada juga yang menjemur. Ada juga warga yang kebagian memungut daun jati kering dari kebun dan dari rumah-rumah warga.
Arya Handaru Perdana, mengatakan ide awal usahanya terinspirasi dari pabrik serupa yang digarap oleh ayah dari temannya di Desa Plembutan, Playen. Dia melihat selama ini daun jati hanya dibuang begitu saja oleh sebagian besar masyarakat.

“Tapi setelah diolah ternyata bermanfaat. Bahkan kata orang-orang Jepang ternyata sangat bagus dijadikan pupuk,” katanya.
Akhirnya, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memutuskan untuk mendalami usaha pengolahan daun jati. Sebelumnya dia bekerja dibidang animasi di Jakarta. Meski sudah dikirim sampai Jepang, Arya mengaku, pupuk daun jati itu ternyata belum banyak dikenal masyarakat khususnya di DIY.

Proses pembuatan pupuk organik daun jati itu terbilang sederhana. Setelah dikumpulkan, daun jati kering kemudian digiling kecil-kecil, kemudian direndam dalam air, lalu ditumpuk sampai membusuk di ruangan terbuka.

Setelah membusuk, limbah daun jati kemudian dijemur sampai kering, lalu disortir untuk memisahkan daun dan batang. Bagian akhir adalah pengepakan. Tak tanggung-tanggung, sebulan sebanyak 4 kontainer pupuk organik daun jati dikirim ke Jepang dengan omzet Rp20 juta.

“Ya kita sosialisasikan sedikit-sedikit kepada pekerja di sini untuk menggunakan pupuk, semoga nanti bisa meluas sampai menyebar ke masyarakat lainnya,” ujar pria berumur 35 tahun ini.

Diakui Arya, awal mula bisnis tersebut tidak lepas dari pesan ibunya yang meninggal pada 2011 lalu agar ia membuka usaha sendiri. Meski dengan modal terbatas, pengusaha muda yang masih lajang ini memberanikan diri membuka pabrik pengolahan daun jati.

“Tanahnya sih masih nyewa milik kas desa tapi sebentar lagi sudah saya siapkan untuk membeli lahan karena bisnis ini ternyata sangat berpeluang,” katanya.

Ani Utari, salah satu pekerja mengaku per hari bisa mensortir daun jati hingga 30 pak, dengan upah Rp1.000 per pak. “Lumayan lah dari pada menganggur di rumah,” ucapnya.

Ibu dari 4 anak ini juga mengaku dengan adanya pabrik pengolahan pupuk daun jati tersebut sangat membantu warga sekitar. “Selama ini sampah daun jati kan cuma dibakar saya baru tahu kalau bias dijadikan pupuk,” katanya.

Sumber : gunungkidulonline dot com

              By. TriWahyuni Suci W Korda SAPA Kab Gunungkidul
                                                                Kemiskinan – Penanggulangan Kemiskinan – Melawan Pemiskinan – Pengentasan Kemiskinan – TKPKD – Angka Kemiskinan – Data Kemiskinan – Musrenbang – PNPM Mandiri   

Terkait lainnya:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *