KEMISKINAN MULTIDIMENSI TERABAIKAN

SAPA INDONESIA – INDEKS Pembangunan Manusia atau IPM Indonesia terus meningkat. Salah satu indikator IPM yang konsisten naik adalah pendapatan per kapita nasional. Namun, ketimpangan hidup antarmasyarakat terus terjadi karena ada faktor kemiskinan multidimensi yang masih terabaikan.

“Peningkatan pendapatan per kapita nasional tidak mencerminkan pemerataan kesejahteraan dan kualitas hidup yang sesungguhnya,” kata Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Turro Selrits Wongkaren, Jumat (31/3), di Jakarta. PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Itu sebabnya, Program Pembangunan PBB (UNDP) saat mengumumkan Laporan Pembangunan Manusia 2016 yang menyajikan data IPM sejumlah negara pada 2015, juga mengumumkan Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) 2005-2015.

IPM dan IKM sama-sama mengukur kualitas manusia dari tiga dimensi, tetapi indikatornya berbeda. Basis perhitungan IPM adalah individu, sedangkan IKM adalah keluarga atau rumah tangga. PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Dua dimensi IPM dan IKM memiliki kesamaan, yaitu pendidikan dan kesehatan. Dimensi ketiga IPM adalah pendapatan bruto nasional per kapita, sementara dimensi ketiga IKM adalah kualitas hidup. Indikator kualitas hidup IKM adalah akses listrik, air minum, sanitasi, bahan bakar untuk memasak, lantai rumah, dan kepemilikan peranti untuk mengakses informasi.

IPM Indonesia 2015 mencapai 0,689 atau naik 1,07 persen dibandingkan IPM 1990. Pendapatan per kapita nasionalnya mencapai 10.053 dollar AS atau sekitar Rp 133,7 juta. Namun, UNDP mengingatkan ada 140 juta orang hidup dengan penghasilan kurang dari Rp 20.000 per hari atau sekitar Rp 600.000 per bulan. PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Di sisi lain, IKM Indonesia bernilai 0,024. Dalam IKM Indonesia yang menggunakan data 2012, disebut ada 5,9 persen penduduk atau 14,6 juta orang yang hidup dalam keluarga dengan kemiskinan multidimensi.

Belum jadi standar PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa AH Maftuchan mengatakan, IKM belum dijadikan standar untuk mengukur kemiskinan di Indonesia. Padahal, IKM bisa dijadikan alat bantu yang mendekati realitas untuk meningkatkan IPM Indonesia sehingga program yang dijalankan tepat sektor dan sasaran. PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Selama ini, standar penghitungan kemiskinan di Indonesia adalah pengeluaran per kapita per bulan, bukan pendapatan per kapita. Kemiskinan yang didasarkan hanya dari sisi pendapatan atau pengeluaran itu disebut kemiskinan moneter. PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Pada September 2016, Badan Pusat Statistik menetapkan batas garis kemiskinan sebesar Rp 372.114 untuk perkotaan dan Rp 350.420 bagi masyarakat desa. Setiap orang dengan pengeluaran per kapita per bulan lebih kecil dari itu dianggap miskin. Dengan patokan itu, ada 10,7 persen penduduk atau 27,76 juta orang miskin pada September 2016.

Turro mengatakan, IKM tak digunakan langsung untuk mengukur IPM. IKM juga tak bisa dibandingkan antarnegara karena data yang digunakan sangat bervariasi. “Namun, IKM diperlukan untuk menentukan arah kebijakan pengentasan rakyat dari kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara terarah dan menyeluruh,” katanya.

Ia menambahkan, IKM sangat menentukan kualitas manusia sesungguhnya sekaligus menjadi pengingat bahwa pembangunan ekonomi saja tidak cukup untuk membuat manusia sejahtera.

Pengabaian IKM bisa membuat upaya pengentasan rakyat dari kemiskinan yang dilakukan terduplikasi dan memungkinkan adanya kelompok yang tak tercakup dalam program. Kondisi itu diperparah dengan lemahnya koordinasi antara kementerian dan lembaga dalam pengentasan rakyat dari kemiskinan. PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Maftuchan berharap pemerintah berani menggunakan IKM untuk mengukur kemiskinan, bukan hanya kemiskinan moneter. Pengentasan rakyat dari kemiskinan berbasis IKM dan IPM bisa berjalan beriringan, tidak saling menegasikan.

Jika kemiskinan multidimensi itu tak segara ditangani, Turro dan Maftuchan mengkhawatirkan bonus demografi yang akan mencapai puncaknya 2020-2040 bisa berbuah menjadi bencana demografi. PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Sumber: Kompas dot com
                       PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Terkait lainnya:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *